PERBEDAAN CARA, TEKNIK, DAN JARAK ANTAR LUBANG DALAM PEMBUATAN SERULING BAMBU PADA MUSIK SISTEM 8-TET (8 NADA PER OKTAF) DENGAN MUSIK SISTEM 12-TET (12 NADA PER OKTAF)

PERBEDAAN CARA, TEKNIK, DAN JARAK ANTAR LUBANG DALAM PEMBUATAN SERULING BAMBU PADA MUSIK SISTEM 8-TET (8 NADA PER OKTAF) DENGAN MUSIK SISTEM 12-TET (12 NADA PER OKTAF)


I. Seruling Konvensional: Seruling Bambu Pada Sistem 8-TET (8 Nada per Oktaf Tanpa Kromatik)

Pembuatan seruling bambu untuk sistem 8-TET (8 nada per oktaf) membutuhkan perhatian pada prinsip dasar akustik, pengukuran fisik, dan sistem tuning berdasarkan rasio frekuensi. Berikut adalah langkah-langkah, teknik, dan cara menentukan jarak antar lubang untuk menciptakan seruling sesuai dengan musik sistem 8-TET.

1. Prinsip Dasar Pembuatan Seruling

1.1 Sistem 8-TET (8 Nada per Oktaf)

Dalam sistem 8-TET, setiap oktaf dibagi menjadi 8 langkah sama besar.

Rasio frekuensi antar nada berturut-turut adalah:

r = 2 pangkat (1/8) = 1.090507

Kode:

r = 2^{1/8} \approx 1.090507


1.2 Panjang Efektif Kolom Udara

Frekuensi nada pada seruling dihasilkan oleh panjang efektif kolom udara dari ujung seruling hingga lubang yang terbuka. Panjang kolom udara (L) berbanding terbalik dengan frekuensi (f):

f  ---> 1 / L

Kode:

f \propto \frac{1}{L}


1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nada

1. Panjang Total Seruling: Menentukan nada dasar (fundamental).

2. Diameter Bambu: Memengaruhi resonansi suara.

3. Posisi Lubang: Mengatur panjang kolom udara untuk menghasilkan frekuensi tertentu.

4. Ukuran Lubang: Memengaruhi akurasi frekuensi dan volume nada.

----

2. Langkah-Langkah Pembuatan Seruling

2.1 Menentukan Nada Dasar (Fundamental)

1. Pilih nada dasar yang akan menjadi nada terendah seruling (biasanya C4 atau D4).

2. Hitung panjang total seruling menggunakan rumus:

L = v / (4f)

Kode:

L = \frac{v}{4f}

dimana:

 L = panjang kolom udara (m)

 v = kecepatan suara di udara (343 m/s pada suhu 20°C)

 f  = frekuensi nada dasar (Hz)


2.2 Menghitung Frekuensi Tiap Nada

Gunakan rasio sistem 8-TET {r = 2 pangkat (1/8)} untuk menghitung frekuensi setiap nada:

1.  f_0 = Nada dasar.

2.  f_1 = f_0 × r (nada kedua).

3.  f_2 = f_1 × r, dan seterusnya hingga 8 nada.


2.3 Menentukan Posisi Lubang

1. Rumus Panjang Efektif Kolom Udara:

Untuk tiap frekuensi (f), panjang kolom udara (L) dihitung menggunakan rumus:

L = v / (4f)

Kode:

L = \frac{v}{4f}

Posisi tiap lubang diukur dari ujung seruling (headjoint) ke arah bawah sesuai panjang efektif yang dihitung.


2.4 Mengatur Diameter Lubang

Diameter lubang umumnya berkisar antara 5-10 mm, tergantung pada diameter seruling dan kenyamanan pemain. Diameter lubang juga memengaruhi sensitivitas tuning, sehingga pengujian praktis diperlukan.

--

3. Contoh Perhitungan untuk Seruling C4 (261,63 Hz)

Nada Dasar: C4

1. Frekuensi dasar:  f_0 = 261,63 Hz.

2. Kecepatan suara: v = 343 m/s.

3. Panjang total seruling:

L = 343 / (4 × 261,63) = 0,328 m = 32,8 cm.

Kode:

L = \frac{343}{4 \times 261,63} \approx 0,328 \, \text{m} \, (32,8 \, \text{cm}).

Frekuensi Tiap Nada dalam 8-TET

Dengan r = 2 pangkat (1/8) = 1.090507 , maka frekuensi tiap nada:

1. C4 (Nada Dasar):

Frekuensi f_C4 = 261,63 Hz.

2. D4 (Re):

f_D4 = f_C4 × r = 261,63 × 1.090507 = 285,47 Hz .

3.  E4 (Mi):

f_E4 = f_D4 ×  1.090507 = 285,47 ×  1.090507 = 310,85 Hz.

4.  F4 (Fa) (1/2 laras):

Gunakan r pangkat 0,5:

f_F4 = 310,85 × 1.090507^0,5 = 338,91 Hz

5. G4 (Sol):

f_G4 = 338,91 × 1.090507 = 369,99 Hz

6. A4 (La):

f_A4 = 369,99 × 1.090507 = 404,45 Hz

7. B4 (Si):

f_B4 = 404,45 × 1.090507 = 441,82 Hz

8. Lanjutkan ke C5 (Do tinggi):

    C5 (Do) (1/2 laras):

Gunakan r pangkat 0,5:

f_C5 = 441,82 × 1.090507^0,5 = 523,26 Hz

atau gunakan perhitungan nada oktaf:

f_C5 = 2 × f_C4 = 2 × 261,63 = 523,26 Hz .


Posisi Lubang

Untuk tiap frekuensi f_n:

1. L_n = 343 / (4 × f_n) .

2. Tandai posisi lubang di bambu berdasarkan hasil perhitungan L_n .

---

4. Teknik dan Tips

1. Uji dan Koreksi Nada:

Setelah membuat lubang, gunakan tuner untuk memastikan frekuensi tepat.

Perbesar atau kecilkan lubang untuk penyesuaian nada.

2. Memperhatikan Diameter Seruling:

Diameter bambu memengaruhi panjang gelombang resonansi. Seruling dengan diameter besar membutuhkan panjang lebih pendek.

3. Material Bambu:

Pilih bambu dengan ketebalan seragam untuk stabilitas suara.

---

5. Tabel Perkiraan Jarak Lubang untuk Sistem 8-TET

Sebagai contoh, untuk seruling dengan panjang total 32,8 cm (C4):

Catatan: Nilai di atas adalah perkiraan dan dapat berbeda tergantung pada material dan dimensi seruling.

---

Kesimpulan Seruling Sistem 8-TET:

Pembuatan seruling bambu untuk sistem 8-TET membutuhkan perhitungan yang presisi, terutama pada jarak antar lubang. Penyesuaian lebih lanjut dilakukan melalui uji praktis untuk memastikan akurasi nada. Dengan teknik ini, seruling yang dihasilkan dapat mencerminkan karakter unik sistem 8-TET yang menawarkan harmoni berbeda dari sistem konvensional.


Berikut adalah gambar seruling bambu konvensional dengan desain lurus, dirancang untuk sistem musik tradisional seperti 8-TET  (8 nada per oktaf tanpa kromatik) atau 8-TET (12 nada per oktaf termasuk kromatik). Lubang nada tersusun sejajar, memungkinkan permainan menggunakan tiga jari di setiap tangan. Desainnya sederhana dan mencerminkan estetika klasik seruling bambu.


II. Seruling Kelok Dua: Seruling Bambu Pada Musik Sistem yang Baru yaitu Sistem 12-TET 12 Nada per Oktaf tanpa Kromatik) konversi dari Sistem 12 TET (20 Nada per Oktaf):


Sebanyak 12 nada oktaf biasa (normal) yang ada di musik sistem 12 TET (12 nada per oktaf) yaitu: E4, F4, G4, H4, I4, J4, K4, A4, B4, C4, D4, E5, dimana E4= do, F4 = re, dan segerusnya, dan interval atau jarak antar nada adalah:

E4 - F4 ---> 1 laras

F4 - G4 ---> 1 laras

G4 - H4 ---> 1 laras

H4 - I4 ---> 1 laras

I4 - J4 ---> 1/2 laras

J4 - K4 ---> 1 laras

K4 - A4 ---> 1 laras

A4 - B4 ---> 1 laras

B4 - C4 ---> 1 laras

C4 - D4 ---> 1 laras

D4 - E5 ---> 1/2 laras.

Dari informasi yang diberikan, kita memiliki sistem 12-TET (12 nada per oktaf) dengan nada-nada oktaf normal yang diberi nama E4, F4, G4, H4, I4, J4, K4, A4, B4, C4, D4, E5, di mana interval antar nada dalam satuan laras adalah sebagai berikut:

---

Interval Nada

1. E4 - F4: 1 laras

2. F4 - G4: 1 laras

3. G4 - H4: 1 laras

4. H4 - I4: 1 laras

5. I4 - J4: 1/2 laras

6. J4 - K4: 1 laras

7. K4 - A4: 1 laras

8. A4 - B4: 1 laras

9. B4 - C4: 1 laras

10. C4 - D4: 1 laras

11. D4 - E5: 1/2 laras

---

Makna Interval dalam Sistem 12-TET (20 nada per oktaf)

Dalam sistem 12-TET, 1 laras biasanya mewakili jarak 1 semiton atau rasio frekuensi antar nada (termasuk kromatik) adalah sebesar 3 pangkat (1/20), bukanlah 2 pangkat (1/20).

Sementara itu, 1/2 laras berarti separuh dari 1 semiton, atau jarak antara dua nada mikrotonal yang lebih kecil.

---

Jika rasio frekuensi antar nada (termasuk kromatik) adalah 3 pangkat (1/20),  (bukan 2 pangkat (1/20)), maka sistem ini berbeda dari sistem 8-TET standar. Sistem ini menggunakan pembagian logaritmis berbasis 3, yang akan menghasilkan skala frekuensi yang berbeda.

Berikut adalah langkah perhitungan dan panduan untuk menghitung frekuensi tiap nada (tanpa kromatik) dengan memakai rasio r = 3 pangkat (1/20) :

---

1. Prinsip Dasar

1. Rasio Antar Nada:

Dalam sistem ini, rasio antara dua nada berturut-turut adalah:

r = 3^{1/20} = 1.05646730855

Kode:

r = 3^{1/20} \approx 1.05646730855

2. Frekuensi Dasar:

Frekuensi nada pertama  (Do).

E4 = 261,63 Hz (Do)

3. Frekuensi Nada Berikutnya:

Frekuensi setiap nada dihitung menggunakan rumus:

f_n = f_0 × r^n

Kode:

f_n = f_0 \times r^n

dimana:

f_0 = frekuensi nada dasar (E4).

r = 3 pangkat (1/20) = 1.05646730855

n = jumlah langkah dari nada dasar.


frekuensi nada oktaf:

E5 = 3 × E4 = 784.89 Hz

---

4. Perhitungan Frekwensi Tiap Nada:

1. E4 (Nada Dasar):

Frekuensi f_0 = 261,63 Hz.

2. F4 (Re):

f_F4 = 261,63 × r^2 = 261,63 × 1.05646730855^2 = 292.01 Hz

Kode:

f_{F4} = 261.63 \times r^2 = 261.63 \times 1.05646730855^2 \approx 292.01 \, \text{Hz}.

3. G4 (Ma):

f_G4 = 261,63 × r^4 = 261,63 × 1.05646730855^4 = 325.92 Hz

Kode:

f_{G4} = 261.63 \times r^4 = 261.63 \times (1.05646730855)^4 \approx 325.92 \, \text{Hz}.

4. H4 (Fa):

f_H4 = 261,63 × r^6 = 261,63 × 1.05646730855^6 = 363.77 Hz

Kode:

f_{H4} = 261.63 \times r^6 = 261.63 \times (1.05646730855)^6 \approx 363.77 \, \text{Hz}.

5. I4 (Sol):

f_I4 = 261,63 × r^8 = 261,63 × 1.05646730855^8 = 406.01 Hz

Kode:

f_{I4} = 261.63 \times r^8 = 261.63 \times (1.05646730855)^8 \approx 406.01 \, \text{Hz}.

6. J4 (La) (1/2 laras):

Gunakan r pangkat 9:

f_J4 = 261.63 × 1.05646730855^9 = 428.94 Hz

Kode:

f_{J4} = 261.63 \times (1.05646730855)^9 \approx 428.94 \, \text{Hz}.

7. K4 (Si):

f_K4 = 261.63 × r^11 = 261.63 × 1.05646730855^11 = 478.74 Hz

Kode:

f_{K4} = 261.63 \times r \approx 478.74 \, \text{Hz}.

8. A4 (Ga):

f_A4 = 261.63 × r^13 = 395.01 × 1.05646730855^13 = 534.34 Hz

Kode:

f_{A4} = 261.63 \times r^13 = 261.63 \times (1.05646730855)^13 \approx 534.34 \, \text{Hz}.

9. B4 (Be):

f_B4 = 261.63 × r^15 = 261.63 × 1.05646730855^15 = 596.39 Hz

Kode:

f_{B4} = 261.63 \times r^15 = 261.63 \times (1.05646730855)^15 \approx 596.39 \, \text{Hz}.

10. C4 (Ho):

f_C4 = 261.63 × r^17 = 261.63 × 1.05646730855^17 = 665.64 Hz

Kode:

f_{B4} = 261.63 \times r^17 = 261.63 \times (1.05646730855)^17 \approx 665.64 \, \text{Hz}.

11. D4 (Ras):

f_D4 = 261.63 × r^19 = 261.63 × 1.05646730855^19 = 742.94 Hz

Kode:

f_{D4} = 261.63 \times r^19 = 261.63 \times (1.05646730855)^19 \approx 742.94 \, \text{Hz}.

12. E5 (Do tinggi) (1/2 laras):

Gunakan r pangkat 20:

f_E5 = 261.63 × 1.05646730855^20= 784,89 Hz

Kode:

f_{E5} = 261.63 \times (1.05646730855)^20 \approx 784,89 \, \text{Hz}.

---

5. Tabel Frekuensi Tiap Nada untuk Seruling Kelok Dua

Bisa dibuatkan tabel frekuensi untuk 12 nada per oktaf dengan rasio 3^(1/12):


Berikut adalah tabel perhitungan frekuensi untuk tiap nada dalam sistem 12-TET (12 nada per oktaf tanpa kromatik):



Keterangan

- Rasio r = 3^(1/20) = 1.05646730855,

- Setiap langkah dihitung menggunakan rumus  f_n = f_0 × r^n, dengan n adalah jumlah langkah dari nada dasar.

- Frekuensi untuk nada E5 adalah 3 kali frekuensi E4:
f_E5 = 261,63 × 3 = 784,89 Hz.

Kode:

f_{E5} = 261.63 \times 3 = 784.89 \, \text{Hz}.


6. Panjang Kolom Udara

Panjang kolom udara (L) untuk setiap nada dihitung dengan rumus:

L = v / (4 × f)

Kode:

L = \frac{v}{4f}

dimana:

 v = 343 m/s, (kecepatan suara di udara).


Perhitungan Panjang Kolom Udara

Panjang kolom udara dihitung menggunakan rumus:

L = 343 / (4 × f) × 100 cm

Kode:

L = \frac{343}{4 \times f} \times 100 \, \text{cm}

1. E4:

L_E4 = {343 / (4 × 261,63)} × 100 = 32,80 cm.

Kode:

L_{E4} = \frac{343}{4 \times 261.63} \times 100 \approx 32.80 \, \text{cm}


2. F4:

L_F4 = {343 / (4 × 292.01

Kode:

L_{F4} = \frac{343}{4 \times 292.01} \times 100 \approx 29.39 \, \text{cm}


3. G4:

L_G4 = {343 / (4 × 325.92

Kode:

L_{G4} = \frac{343}{4 \times 325.92} \times 100 \approx 26.33 \, \text{cm}


4. H4:

L_H4 = {343 / (4 × 363.77)} × 100 = 23.57 cm.

Kode:

L_{H4} = \frac{343}{4 \times 363.77} \times 100 \approx 23.57 \, \text{cm}


5. I4:

L_I4 = {343 / (4 × 406.01)} × 100 = 21.11 cm.

Kode:

L_{I4} = \frac{343}{4 \times 406.01} \times 100 \approx 21.11 \, \text{cm}


6. J4:

L_J4 = {343 / (4 × 428.94)} × 100 = 20.00 cm.

Kode:

L_{J4} = \frac{343}{4 \times 428.94} \times 100 \approx 20.00 \, \text{cm}


7. K4:

L_K4 = {343 / (4 × 478.74)} × 100 = 17.91 cm.

Kode:

L_{K4} = \frac{343}{4 \times 478.74} \times 100 \approx 17.91 \, \text{cm}


8. A4:

L_A4 = {343 / (4 × 534.34)} × 100 = 16.05 cm.

Kode:

L_{A4} = \frac{343}{4 \times 534.34} \times 100 \approx 16.05 \, \text{cm}


9. B4:

L_B4 = {343 / (4 × 596.39)} × 100 = 14.38 cm.

Kode:

L_{B4} = \frac{343}{4 \times 596.39} \times 100 \approx 14.38 \, \text{cm}


10. C4:

L_C4 = {343 / (4 × 665.64)} × 100 = 12.88 cm.

Kode:

L_{C4} = \frac{343}{4 \times 665.64} \times 100 \approx 12.88 \, \text{cm}


11. D4:

L_D4 = {343 / (4 × 742.94)} × 100 = 11.54 cm.

Kode:

L_{D4} = \frac{343}{4 \times 742.94} \times 100 \approx 11.54 \, \text{cm}


12. E5:

L_E4 = {343 / (4 × 784.89)} × 100 = 10.92 cm.

Kode:

L_{E5} = \frac{343}{4 \times 784.89} \times 100 \approx 10.92 \, \text{cm}


Berikut adalah tabel Panjang Kolom Udara:

---

7. Jarak Antar Lubang

Jarak antar lubang dihitung sebagai selisih panjang kolom udara antara dua nada berturut-turut:

-  E4 - F4 = 32,80 - 29,39 = 3,41 cm.

-  F4 - G4 = 29,39 - 26,33  = 3,06 cm.

-  G4 - H4 = 26,33 - 23,57 =  2,76 cm.

-  H4 - I4 = 23,57  - 21,11  = 2,46 cm.

-  I4 - J4 = 21,11  - 20,00  =  1,11 cm.

-  J4 - K4 = 20,00 - 17,91  =  2,09 cm.

- K4 - A4 = 17,91 - 16,05 =  1,86.

-  A4 - B4 = 16,05 - 14,38  = 1,67 cm.

-  B4 - C4 = 14,38  - 12,88 =  1,50 cm.

-  C4 - D4 = 12,88 - 11,54  =  1,34 cm.

-  Lanjutkan ke nada D4 - E5 = 11,54  - 10,92 = 0,62 cm.

-

Kesimpulan

1. Rasio  r = 3^(1/20) digunakan untuk memastikan bahwa frekuensi setiap oktaf meningkat 3 kali lipat.

Rasio frekuensi  3^(1/20) menghasilkan sistem nada yang berbeda dari sistem standar 8-TET {2^(1/12)} atau dari 8-TET {2^(1/8)}

2. Nada dalam sistem ini memiliki interval lebih besar, memberikan warna tonal yang unik dan karakteristik suara yang berbeda.

3. Frekuensi untuk setiap nada dihitung dengan basis logaritmis 3^(1/20), bukan 2^(1/20) . Dengan kata lain, frekuensi setiap nada dihitung berdasarkan interval laras sesuai rasio 12-TET.

Untuk interval 1 laras, gunakan rasio r = 3^(1/20)

Untuk interval 1/2 laras, tambahkan satu pangkat pada ratio di nada sebelumnya.

4. Desain Seruling Kelok Dua dapat dibuat dengan membagi lubang nada menjadi dua kelompok:

Kelok pertama: Nada E4 hingga J4.

Kelok kedua: Nada K4 hingga E5.


Selanjutnya prototipe seruling bambu untuk musik sistem 12 TET (12 nada per oktaf) ini berbeda dengan prototipe seruling bambu di sistem 8-TET (8 nada per oktaf) konvensional dimana lubang lubang yang diatur berjarak adalah lurus mengikuti kelurusan bambu dan jari tangan kanan dan kiri yang memainkan nada 1 oktaf ada sebanyak 6 jari (3 jari tangan kanan dan 3 jari tangan kiri). Sedangkan pada seruling sistem 12 TET (12 nada per oktaf) ada memiliki banyak lubang nada yang tidak mungkin dimainkan oleh sebanyak 6 jari (3 jari tangan kanan dan 3 jari tangan kiri). Bagaimana solusinya kendala ini? 

Kalau menurut saya solusinya adalah seruling bambu untuk sistem 12-TET (12 nada per oktaf) ini maka harus dimodifikasi sedemikian rupa dimana wujud seruling dibuat ber-kelok dua (Seruling Kelok Dua), dimana bagian seruling paling ujung ada lubang nada Do (E4) di kelok satu, lalu setelah kelok tersebut ada lubang nada Re (F4), Ma (G4), Fa (H4), Sol (I4), dan La (J4). Lalu di kelok kedua ada lubang nada Si (K4), Ga (A4, Be (B4), Ho (C4), dan Ras (D4),  lalu di bagian pangkal ada lubang tiup. Sehingga semua ada 11 lubang nada (meski banyak lubang nada) namun dapat dimainkan oleh 6 jari bahkan 5 jari tangan seorang pemain seruling. Dengan catatan di kelok dua dari ujung seruling, badan bambu harus dirapatkan yaitu antara lima lubang nada di kelok dua awal dan lima lubang nada di kelok dua akhir yang dekat lubang tiup. Namun jarak lubang antar nafa harus sesuai ketentuan yang berlaku sesuai ratio 3 pangkat (1/20), berikut diberikan interval atau jarak antar lubang nada seruling pada prototipe seruling bambu yang saya maksud ini:

Untuk mendesain seruling bambu sistem 12-TET (12 nada per oktaf) sesuai dengan rasio  3^(1/20) dan modifikasi "Seruling Kelok Dua", berikut adalah langkah-langkah untuk menghitung jarak antar lubang dan menjelaskan solusi desain tersebut.

---

1. Prinsip Dasar

1.1 Rasio Frekuensi Antar Nada

Rasio antar nada dalam sistem ini adalah r = 3^(1/20) = 1.05646730855.

Frekuensi setiap nada dihitung dengan rumus:

f_n = f_0 × r^n

Kode:

f_n = f_0 \times r^n

dimana:

 -  f_0 = frekuensi nada dasar (E4 = 261.63 Hz).

-  r = 3^(1/20) = 1.05646730855

 -  n = jumlah langkah dari nada dasar.


1.2 Panjang Kolom Udara

Panjang kolom udara (L) berbanding terbalik dengan frekuensi (f):

L_n = v / (4 × f_n)

Kode:

L_n = \frac{v}{4f_n}

dimana:

 -  L_n = panjang kolom udara untuk nada .

 -  v = 343 m/s (kecepatan suara di udara).


1.3 Modifikasi Desain

1. Seruling Kelok Dua:

-  Bagian kelok satu mencakup nada Do (E4) hingga La (J4).

-  Bagian kelok dua mencakup nada Si (K4) hingga Ras (D4).

2. Lubang Tiup: Terletak di pangkal seruling.

3. Pengelompokan Lubang:

-  Jarak antar lubang pada satu kelok dirapatkan sehingga memungkinkan semua nada dimainkan dengan 6 jari.

1.4 Jarak Antar Lubang

Jarak antar lubang dihitung berdasarkan perbedaan panjang kolom udara antara dua nada berturut-turut:

∆L = L_(n+1) - L_n

Kode:

\Delta L = L_{n+1} - L_n

---

2. Perhitungan

1. Nada Dasar (E4):

Frekuensi f_0 = 261,63 Hz.

Panjang kolom udara:

L_0 = 343 / (4 × 261,63) = 0,328 m = 32,8 cm.

Kode:

L_0 = \frac{343}{4 \times 261.63} \approx 0.328 \, \text{m} \, (32.8 \, \text{cm})

2. Frekuensi dan Panjang Kolom Udara:

---

3. Jarak Antar Lubang

Jarak antar lubang adalah perbedaan panjang kolom udara (L_n) antara dua nada berturut-turut:

-   E4 - F4 = 32,80 - 29,39 = 3,41 cm.

-  F4 - G4 = 29,39 - 26,33  = 3,06 cm.

-  G4 - H4 = 26,33 - 23,57 =  2,76 cm.

-  H4 - I4 = 23,57  - 21,11  = 2,46 cm.

-  I4 - J4 = 21,11  - 20,00  =  1,11 cm.

-  J4 - K4 = 20,00 - 17,91  =  2,09 cm.

- K4 - A4 = 17,91 - 16,05 =  1,86.

-  A4 - B4 = 16,05 - 14,38  = 1,67 cm.

-  B4 - C4 = 14,38  - 12,88 =  1,50 cm.

-  C4 - D4 = 12,88 - 11,54  =  1,34 cm.

-  Lanjutkan ke nada D4 - E5 = 11,54  - 10,92 = 0,62 cm.

---

4. Desain Seruling Kelok Dua

1. Di Kelok Satu:

-  Lubang Do (E4) hingga La (J4).

-  Jarak antar lubang sesuai tabel ( 3.41 cm hingga 1,11 cm).

2. Di Kelok Dua:

-  Lubang Si (K4) hingga Ras (D4).

-  Jarak antar lubang sesuai tabel ( 2,09 cm hingga  1,34 cm).

-  Kelok kedua dirapatkan untuk mempermudah jangkauan jari pemain.

---

5. Solusi Desain

1. Pengelompokan Lubang:

Lubang pada kelok pertama dan kedua dikelompokkan sehingga seluruh nada dapat dimainkan oleh 6 jari.

2. Rapatkan Kelok Kedua:

Kelok kedua dirancang lebih dekat untuk mengatasi keterbatasan jangkauan tangan pemain.

3. Kalibrasi:

Setelah lubang dibuat, gunakan tuner untuk memastikan setiap nada sesuai frekuensi target.

---

Kesimpulan

-  Jarak antar lubang pada seruling dihitung sesuai rasio 3^(1/20) , menghasilkan interval antar lubang yang semakin pendek untuk nada lebih tinggi.

-  Desain Seruling Kelok Dua memungkinkan pemain menggunakan 6 jari untuk memainkan 12 nada dalam satu oktaf.

-  Pengelompokan lubang pada kelok pertama dan kedua memastikan semua nada dapat dijangkau dengan mudah.


Berikut adalah gambar desain konsep seruling bambu dengan struktur "kelok dua," yang dirancang untuk sistem musik 12-TET (12 nada per oktaf). Desain ini menunjukkan lubang nada yang dibagi antara dua kelok, dengan lubang pertama untuk nada E4 hingga J4, dan kelok kedua untuk nada K4 hingga D4. Lubang disusun sedemikian rupa untuk memungkinkan penggunaan oleh 6 jari pemain.

Alternatif gambar desain konsep Seruling Kelok Dua (gambar yang saya berikan):


Gambar alternatif lain dari desain "Seruling Kelok Dua" bisa dibuat ulang atau memodifikasi desain gambar berdasarkan deskripsi konsep Seruling Kelok Dua tersebut, dengan rincian tambahan, seperti:

1. Detail bentuk kelok dua: Apakah kelok membentuk sudut tertentu atau menyerupai kurva tertentu?

2. Posisi lubang nada: Apakah lubang di kelok pertama dan kedua memiliki pengaturan khusus?

3. Proporsi keseluruhan: Panjang tiap kelok dan jarak antara kelok satu dan kelok dua.

Dengan detail sebanyak mungkin, maka akan dapat dibuat gambar alternatif dari desain "Seruling Kelok Dua" yang lebih sempurna.


Keterangan:

Gambar desain "Seruling Kelok Dua" adalah Hasil Kolaborasi antara saya dengan ChatGPT:

Gambar desain "Seruling Kelok Dua" yang diberikan berasal dari ilustrasi yang dihasilkan secara otomatis oleh model generatif berdasarkan deskripsi yang diberikan sebelumnya. Gambar ini bukan berasal dari karya tulis tertentu atau sumber eksternal, melainkan dibuat sebagai interpretasi visual dari konsep yang telah di uraikan.

Proses Pembuatan:

1. Deskripsi Konsep Saya: ChatGPT menggunakan informasi rinci yang saya berikan tentang desain Seruling Kelok Dua, termasuk struktur dua kelok, jumlah lubang, dan distribusi nada.

2. Generasi Ilustrasi: Gambar dibuat menggunakan teknologi berbasis AI (model generatif visual), yang merancang gambar sesuai instruksi dan deskripsi yang saya berikan pada ChatGPT.

---

Jika siapa saja memerlukan karya tulis tambahan atau deskripsi teknis yang terkait dengan konsep seruling ini, ChatGPT dapat membantu menyusun dokumen tersebut sesuai kebutuhan Anda. Namun, karya tulis asli dari sumber eksternal terkait seruling ini tidak tersedia karena desain ini adalah hasil dari kolaborasi saya dengan ChatGPT melalui deskripsi yang diberikan.

Hal yang sama juga, gambar seruling bambu konvensional dengan desain lurus yang diberikan juga tidak berasal dari karya tulis tertentu atau sumber eksternal. Gambar ini adalah hasil dari ilustrasi yang dibuat secara otomatis menggunakan model generatif visual (AI) berdasarkan deskripsi yang ChatGPT buat sesuai permintaan saya.

Proses Pembuatan Gambar:

1. Deskripsi Konsep: ChatGPT menulis deskripsi untuk menggambarkan seruling bambu lurus dengan enam lubang nada, sesuai tradisi umum seruling konvensional yang dimainkan dengan tiga jari di setiap tangan.

2. Generasi Ilustrasi: Teknologi berbasis AI digunakan untuk menghasilkan visual berdasarkan deskripsi tersebut.

---

Karena gambar ini adalah hasil dari generasi otomatis berbasis AI dan bukan berasal dari sumber atau karya tulis eksternal, maka tidak ada dokumen asli yang terkait dengan gambar tersebut. Namun, jika siapa saja ingin ChatGPT membuat dokumen karya tulis terkait konsep seruling bambu konvensional, ChatGPT dapat membantu menyusunnya berdasarkan tradisi umum pembuatan seruling. Silakan beri tahu jika siapa saja memerlukan dokumen atau panduan tambahan!


Catatan:

Menurut musik sistem 8 TET (12 Nada per oktaf), frekwensi nada C4 = 548,108 Hz, atau menurut sistem 8 TET (8 nada per oktaf) frekwensi C4 lebih tinggi lagi, namun pada pembuatan seruling bambu ini bahwa nada  dasar C4 = 261,63 Hz.

Mari kita tinjau penjelasan terkait frekuensi nada C4 dalam konteks sistem 8-TET (12 nada per oktaf) dan 8-TET (8 nada per oktaf), serta alasan mengapa menggunakan C4 = 261,63 Hz pada pembuatan seruling.

---

1. Sistem 8-TET (12 Nada per Oktaf)

Dalam sistem 8-TET (12 nada per oktaf), satu oktaf dibagi menjadi 12 nada yang sama besar secara logaritmis, tetapi dengan rasio antar nada (r) berbeda dari sistem 12-TET standar.

Rasio antar nada dalam sistem ini adalah:

r = 2^(1/12) = 1.090507

Kode:

r = 2^{1/12} \approx 1.090507

Jika kita menghitung menggunakan acuan nada dasar A4 = 440 Hz:

1. Frekuensi C4 dalam 8-TET (12 nada per oktaf):

Menghitung mundur 9 langkah dari A4 ke C4:

f_C4 = 440 / (r^9) = 440 / (1.090507^9) = 548,11 Hz.

Kode:

f_{C4} = 440 \div (r^9) = 440 \div (1.090507^9) \approx 548.11 \, \text{Hz}.

---

2. Sistem 8-TET (8 Nada per Oktaf)

Dalam sistem 8-TET (8 nada per oktaf), oktaf hanya dibagi menjadi 8 langkah yang sama besar. Rasio antar nada adalah:

r = 2^(1/8) = 1.090507

Kode:

r = 2^{1/8} \approx 1.090507

---

3. Alasan Menggunakan C4 = 261.63 Hz untuk Seruling Bambu

Pada contoh desain seruling bambu, di sini menggunakan frekuensi C4 = 261.63 Hz, karena:

1. Standar Sistem 12-TET Konvensional:

Sebagian besar desain seruling menggunakan frekuensi C4 = 261.63 Hz, sesuai dengan sistem 12-TET standar yang banyak dikenal di dunia musik modern.

2. Fleksibilitas Referensi Nada Dasar:

Untuk pembuatan seruling berbasis sistem 8-TET (12 atau 8 nada per oktaf), frekuensi dasar bisa disesuaikan, dan penghitungan jarak antar lubang tetap berlaku berdasarkan rasio sistem tersebut.

3. Kesalahan dalam Spesifikasi Sistem:

Jika Anda ingin menggunakan frekuensi yang lebih tinggi sesuai sistem 8-TET (12 atau 8 nada per oktaf), maka:

-  Nada dasar C4 ≈ 548.11 Hz (8-TET, 12 nada per oktaf) atau lebih tinggi untuk 8 nada per oktaf.

-  Jarak antar lubang seruling akan dihitung ulang sesuai sistem ini.

---

Kesimpulan

-  C4 = 261.63 Hz digunakan untuk menyederhanakan contoh desain berdasarkan sistem 12-TET standar.

-  Jika Anda ingin desain seruling yang sepenuhnya berbasis 8-TET (12 atau 8 nada per oktaf), kita dapat menghitung ulang frekuensi dan jarak antar lubang untuk memenuhi spesifikasi tersebut.



Comments

Popular posts from this blog

KONSEP DAN METODOLOGI MUSIK 12 NADA DALAM 1 OKTAF

Grup Komunitas Pendukung Musik Sistem 12 TET (20 Nada per Oktaf)